Data Scientist, Machine Learning Engineer, atau AI Engineer? Kenali Perbedaannya!

AI Engineer
                               Gambar: Josue AS, "AI Engineer", Unsplash


Mengapa Kita Perlu Mengenal Profesi di Balik AI seperti ChatGPT?

ChatGPT, sebagai salah satu pencapaian teknologi kecerdasan buatan (AI) paling mengagumkan saat ini, tidak hadir begitu saja. Di balik layar, terdapat tim besar yang terdiri dari berbagai profesional teknologi. Tiga di antaranya yang paling penting adalah:

  • Data Scientist

  • Machine Learning Engineer

  • AI Engineer

Seringkali ketiganya disamakan, padahal masing-masing memiliki peran yang unik dalam menciptakan dan memelihara kecerdasan buatan seperti ChatGPT. Mengetahui perbedaannya sangat penting, terutama jika kamu tertarik untuk berkarier di bidang AI, teknologi data, atau sekadar memahami bagaimana sistem canggih ini bekerja.


Kenapa Mereka Sering Tercampur?

Dunia data dan AI kini makin kompleks—banyak istilah dan judul profesional baru bermunculan. Namun, sebenarnya ada perbedaan penting antara:

  1. Data Scientist – fokus analisis data hingga insight

  2. Machine Learning Engineer – fokus membangun & deploy model ML

  3. AI Engineer – fokus membuat sistem AI kompleks (LLM/NLP/cognitive)

Ketiga peran saling berkaitan, tapi tiap bidang punya spesialisasi dan tanggung jawabnya masing-masing reddit.com+1blog.skillacademy.com+1blog.skillacademy.com.


Data Scientist: Penyelami Data & Ceritakan Insight

🔍 Apa yang Mereka Lakukan

  • Mengumpulkan, bersihkan, dan eksplorasi data (EDA)

  • Membangun statistik, model prediktif (regresi, clustering, dll)

  • Menyajikan insight lewat visualisasi dan storytelling

🧰 Tools & Skill

🎯 Fokus Utama

Menjawab pertanyaan bisnis dengan data, memprediksi tren, memberikan insight strategis.


Machine Learning Engineer: Jembatan dari Prototipe ke Produksi

🛠 Apa yang Mereka Kerjakan

⚙️ Tools & Skill

🎯 Fokus Utama

Mentransformasi prototype mata ilmiah menjadi aplikasi real-time yang bisa diandalkan.


AI Engineer: Merancang Sistem Cerdas dan Terkoneksi

🤖 Apa yang Mereka Lakukan

  • Membangun sistem AI kompleks (chatbot, LLM, CV, NLP)

  • Integrasi model AI dalam produk

  • Arsitektur AI: infrastruktur, API, versi model, monitoring

🧠 Tools & Skill

🎯 Fokus Utama

Menerapkan solusi AI end-to-end agar bisa dipakai nyata, stabil, dan scalable.


Perbandingan Ringkas

AspekData ScientistML EngineerAI Engineer
Tujuan utamaInsight & model prototipeDeploy & production-ready modelSistem AI end-to-end, aplikasi cerdas full-stack
Skill utamaStatistik, EDA, storytellingML, code, DevOps/Cloud, API deploymentDeep learning, AI architecture, prompt design
ToolsPython, R, SQL, scikit‑learn, BIPython, TensorFlow/PyTorch, Docker, CI/CDSemua di atas + ONNX, vector DB, LLM API
Output akhirReport & insightModel yang dijalankan otomatis & stabilAplikasi AI / layanan cerdas siap-konsumsi
Ideal backgroundStatistik, DSc, MatematikaComputer Science, MLCS, Engineering, AI/ML research
Gaji di AS$95k–$130k$110k–$145k$110k–$160k+, spesialis senior bisa $300k blog.skillacademy.comen.wikipedia.org+2reddit.com+2onlinemanipal.com+2futuredevs.ai+1wired.com+1aijobs.net+1springboard.com+1geeksforgeeks.org+5365datascience.com+5blog.skillacademy.com+5

Jalur Karier: Roadmap Triple-Tahap

Berdasarkan roadmap populer dari Reddit :

A. Data Scientist (~6–9 bulan):

  • 1–2 bulan: Python, SQL, statistik, data cleaning

  • 3–4 bulan: ML dasar & EDA (scikit‑learn, regression, clustering)

  • 5–6 bulan: proyek EDA/Kaggle, portfolio

  • 7–9 bulan: storytelling, perbaikan case study, interview

B. Machine Learning Engineer (~9–12 bulan):

  • 1–3 bulan: ML dasar & scikit‑learn

  • 4–6 bulan: advanced ML, deep learning

  • 7–9 bulan: deployment (Flask/FastAPI, Docker, cloud)

  • 10–12 bulan: portfolio proyek production

C. AI Engineer (~12–18 bulan):

  • 1–4 bulan: advanced ML & DL (CNN, Transformers)

  • 5–9 bulan: proyek AI (chatbot, CV, NLP)

  • 10–14 bulan: sistem AI deployment (TensorFlow Serving, ONNX)

  • 15–18 bulan: scale sistem, edge AI, siap AI Engineer role


Permintaan & Prospek Kerja


Siapa yang Cocok untuk Setiap Peran?

Data Scientist cocok jika kamu:

  • Senang menggali insight & visualisasi

  • Suka statistik & storytelling

  • Ingin bekerja lintas bisnis & analisis

Machine Learning Engineer cocok jika kamu:

  • Senang optimasi model & deploy ke produks

  • Nyaman dengan coding & DevOps

  • Ingin lihat model jalan secara nyata

AI Engineer cocok jika kamu:

  • Tertarik dengan deep learning & sistem cerdas

  • Mau bangun aplikasi AI besar

  • Punya mindset end-to-end & skalabilitas alur AI


Kolaborasi Sehari-hari

Tim AI yang efektif biasanya bekerja bersama, dengan alur kerja seperti:

  • Data Scientist eksplor data & buat model

  • ML Engineer deploy & integrasi ke sistem

  • AI Engineer bangun API, layer UX, scalabilitas

MLOps menjadi jembatan agar sistem ML/AI bisa repeatable, di-deploy otomatis, dan dipantau real-time businessinsider.com+15en.wikipedia.org+15thesun.co.uk+15blog.skillacademy.comonlinemanipal.comreddit.com+2reddit.com+2geeksforgeeks.org+2.


Studi Kasus: Proyek Pelatihan Bahasa Lokal untuk AI

Misalkan kamu ingin membuat model AI seperti ChatGPT yang fasih berbahasa Jawa. Maka kolaborasi antara ketiga profesi akan terlihat seperti ini:

  1. Data Scientist:

    • Mengumpulkan teks bahasa Jawa dari buku, forum, dan korpus publik.

    • Membersihkan dan menganalisis distribusi kata atau dialek.

    • Menyusun dataset pelatihan dan validasi.

  2. Machine Learning Engineer:

    • Membangun model bahasa berbasis Transformer.

    • Melatih model menggunakan data yang disediakan.

    • Menyesuaikan arsitektur dan hyperparameter.

  3. AI Engineer:

    • Mengintegrasikan model ke dalam aplikasi chatbot atau voice assistant.

    • Membuat API agar sistem bisa digunakan pengguna akhir.

    • Mengoptimalkan performa di perangkat rendah daya (edge computing).

Hasil akhirnya? Chatbot yang tidak hanya berbicara bahasa Jawa, tetapi juga memahami budaya dan konteks lokal!


Prospek Karier dan Gaji

Profesi di bidang AI dan data termasuk yang paling menjanjikan di dunia kerja saat ini, baik dari segi karier maupun kompensasi. Berikut estimasi rata-rata gaji tahunan (berdasarkan data global dan Asia Tenggara):

ProfesiGaji Tahunan Rata-rata (USD)
Data Scientist$60,000 - $120,000
Machine Learning Engineer$80,000 - $150,000
AI Engineer$90,000 - $170,000

Catatan: Di Indonesia, angka ini bisa berkisar antara Rp 12 juta – Rp 50 juta per bulan tergantung level dan perusahaan.


Rekomendasi Jalur Belajar

Kalau kamu tertarik menjadi bagian dari tim di balik ChatGPT atau teknologi AI lainnya, berikut roadmap yang bisa diikuti:

Untuk Menjadi Data Scientist:

  1. Pelajari Python, SQL, dan Excel

  2. Kuasai statistik dan eksplorasi data

  3. Ambil kursus seperti:

    • Data Science Specialization (Coursera)

    • DataCamp atau DQLab

Untuk Menjadi Machine Learning Engineer:

  1. Pahami dasar-dasar ML dan algoritma

  2. Pelajari framework seperti TensorFlow dan PyTorch

  3. Proyek mini seperti prediksi harga rumah, klasifikasi gambar

Untuk Menjadi AI Engineer:

  1. Gabungkan ilmu ML dengan sistem perangkat lunak

  2. Pelajari API, cloud computing, dan software deployment

  3. Buat proyek nyata seperti chatbot, voice recognition, dll.


Tantangan dan Realita di Dunia Nyata

Tidak semua proyek AI berjalan mulus. Para profesional ini sering menghadapi tantangan seperti:

  • Kurangnya data berkualitas: Proyek gagal karena dataset tidak cukup representatif atau terlalu bias.

  • Overfitting model: Model terlalu "pintar" di data pelatihan, tapi buruk di dunia nyata.

  • Kompleksitas sistem AI: Integrasi AI ke produk nyata seperti aplikasi mobile atau perangkat IoT bisa rumit dan mahal.

  • Etika dan privasi data: Data pribadi harus dikelola dengan hati-hati agar tidak melanggar hukum atau hak pengguna.


Peran Kolaboratif: Bukan Persaingan, tapi Sinergi

Di era industri digital yang berkembang pesat, sering kali orang berpikir bahwa profesi seperti Data Scientist, Machine Learning Engineer, dan AI Engineer bersaing satu sama lain. Padahal, kenyataannya mereka justru saling melengkapi.

📌 Skenario Nyata Kolaborasi

Mari bayangkan kamu bekerja di startup teknologi yang ingin mengembangkan fitur rekomendasi pintar seperti Netflix atau Spotify.

  • Data Scientist akan mengolah data historis pengguna: konten yang sering ditonton, genre yang disukai, dan jam aktif pengguna. Mereka mencari insight dan tren yang bisa digunakan untuk mendukung pengambilan keputusan.

  • Machine Learning Engineer akan membangun model yang mampu memprediksi apa yang disukai pengguna berdasarkan data dari Data Scientist.

  • AI Engineer akan mengimplementasikan sistem rekomendasi ini ke dalam aplikasi, memastikan respons cepat, antarmuka ramah pengguna, dan skalabilitas sistem.

Tanpa kolaborasi ketiganya, sistem tidak akan bisa berjalan optimal. Hanya ada data, tapi tidak ada model. Atau model bagus, tapi tidak bisa digunakan oleh pengguna karena tidak terintegrasi.


Membedah Workflow Pengembangan AI

Untuk memberikan gambaran lebih konkret, mari kita lihat alur kerja atau workflow dalam proyek pengembangan AI secara end-to-end:

  1. Pengumpulan Data (Data Collection)
    Biasanya dilakukan oleh tim data engineer atau data scientist. Sumber data bisa berupa log pengguna, form interaksi, teks, gambar, audio, dll.

  2. Pembersihan dan Pra-Pemrosesan (Preprocessing)
    Data harus dibersihkan dari duplikasi, kesalahan penulisan, atau noise. Tahap ini sangat penting agar model tidak “tertipu”.

  3. Eksplorasi dan Analisis Data (EDA)
    Data Scientist mengevaluasi distribusi data, korelasi antar fitur, dan mengidentifikasi bias.

  4. Feature Engineering
    Proses transformasi data mentah menjadi input yang lebih representatif untuk model ML. Ini juga dilakukan oleh Data Scientist atau MLE.

  5. Pelatihan Model (Model Training)
    MLE bertugas membuat dan melatih model menggunakan data yang sudah diolah. Proses ini biasanya memakan waktu dan sumber daya besar.

  6. Evaluasi dan Validasi Model
    Dilakukan untuk memastikan model tidak overfitting atau underfitting. Metode seperti cross-validation atau confusion matrix sering digunakan.

  7. Deployment dan Integrasi
    AI Engineer mengambil model yang telah dilatih dan membuatnya tersedia sebagai bagian dari sistem — bisa melalui API, antarmuka web, atau aplikasi mobile.

  8. Monitoring dan Maintenance
    Model AI harus terus dipantau agar tidak menurun performanya. Misalnya, model ChatGPT harus di-fine-tune ulang jika tren bahasa pengguna berubah.

Workflow ini menjelaskan bahwa setiap profesi memegang kunci penting dalam proses dan tidak bisa bekerja sendiri.


Tantangan Etika dan Privasi Data

Salah satu tantangan utama dalam pengembangan sistem AI modern adalah soal etika dan privasi. Semakin canggih sistem AI, semakin besar potensi pelanggaran terhadap hak pengguna.

Contoh Masalah Etika:

  1. Bias dalam Data
    Jika data pelatihan ChatGPT terlalu banyak dari satu kelompok bahasa atau budaya, maka hasil AI bisa menjadi diskriminatif atau tidak netral.

  2. Privasi Data Pengguna
    AI sering dilatih dari data pengguna (chat, email, dsb). Bagaimana memastikan data itu tidak disalahgunakan atau bocor?

  3. Transparansi Model
    Banyak model AI yang bersifat black-box, sulit dijelaskan. Ini bisa menjadi masalah jika AI membuat keputusan penting (seperti rekomendasi keuangan atau diagnosis medis).

Oleh karena itu, para profesional AI harus juga memiliki pemahaman yang kuat tentang prinsip-prinsip AI yang etis dan bertanggung jawab.


Tren Masa Depan: Apakah Profesi Ini Akan Bertahan?

Seiring perkembangan teknologi, pertanyaan yang sering muncul adalah: “Apakah profesi seperti Data Scientist, MLE, dan AI Engineer akan tetap dibutuhkan di masa depan?”

Jawabannya: YA, dan bahkan permintaannya diperkirakan akan terus meningkat.

🔮 Alasan Utama:

  • Data terus bertambah secara eksponensial.

  • Perusahaan makin sadar pentingnya AI untuk bisnis.

  • AI tidak bisa berjalan tanpa pengawasan manusia.

Namun, profesi-profesi ini akan berevolusi. Misalnya:

  • Data Scientist akan lebih fokus pada causal inference dan data fairness.

  • Machine Learning Engineer akan mulai mengautomasi proses pelatihan melalui AutoML.

  • AI Engineer akan mempelajari lebih banyak tentang MLOps dan Edge AI.


Apakah Latar Belakang Pendidikan Sangat Penting?

Banyak orang mengira bahwa untuk bisa berkarier di bidang AI, harus punya gelar S2 atau S3. Faktanya, banyak profesional sukses yang belajar secara otodidak melalui kursus online, bootcamp, atau proyek pribadi.

Jalur Belajar Non-Formal yang Populer:

  • Kursus Online:

    • DeepLearning.AI by Andrew Ng

    • Machine Learning Crash Course by Google

    • Fast.ai

  • Bootcamp:

    • RevoU, Hacktiv8 (Indonesia)

    • Le Wagon, Springboard (global)

  • Proyek Pribadi:

    • Membangun chatbot

    • Visualisasi data publik (COVID-19, e-commerce, dll)

    • Kaggle competition

Yang terpenting bukan gelarnya, tapi kemampuan menyelesaikan masalah menggunakan data dan AI.


Tips Memulai Karier di Dunia AI

Jika kamu baru mulai tertarik dengan dunia AI dan bingung harus dari mana, berikut langkah-langkah yang bisa kamu ikuti:

  1. Kenali Minat dan Gaya Belajarmu
    Apakah kamu lebih suka matematika, pemrograman, atau pemikiran strategis?

  2. Pilih Role yang Sesuai

    • Suka statistik dan bisnis? → Data Scientist

    • Suka coding dan optimasi? → ML Engineer

    • Suka sistem lengkap dan integrasi? → AI Engineer

  3. Bangun Portfolio
    Publikasikan proyekmu di GitHub atau Medium. Ini akan sangat membantu dalam melamar kerja.

  4. Ikuti Komunitas dan Event
    Bergabunglah di komunitas seperti:

    • AI Indonesia

    • Data Science Indonesia

    • Machine Learning Tokyo

    • Discord komunitas Kaggle

  5. Latih Diri dengan Kompetisi
    Kaggle, DrivenData, atau Zindi menyediakan tantangan nyata untuk melatih kemampuan AI.


Peran AI di Indonesia dan Kebutuhan Talenta Lokal

Indonesia sebagai negara berkembang memiliki potensi besar dalam pengembangan AI. Pemerintah bahkan telah meluncurkan Strategi Nasional Kecerdasan Artifisial (Stranas KA).

Beberapa Area Strategis:

  • Kesehatan: AI untuk analisis data medis dan telemedicine

  • Pendidikan: AI sebagai tutor virtual atau penilaian otomatis

  • Ekonomi Digital: Rekomendasi produk, prediksi perilaku konsumen

  • Pertanian: Prediksi cuaca, deteksi hama lewat drone

Namun sayangnya, kekurangan talenta lokal di bidang AI masih jadi kendala besar. Inilah saatnya kamu, sebagai generasi muda, mempersiapkan diri untuk mengisi kekosongan tersebut.


Jangan Terkecoh dengan Judul Job yang Mirip!

Saat mencari pekerjaan atau magang di bidang AI, kamu mungkin melihat berbagai judul pekerjaan yang mirip-mirip. Berikut beberapa penjelasan ringkas:

Judul PekerjaanDeskripsi Singkat
Data AnalystFokus pada visualisasi dan pelaporan data
Data ScientistAnalisis mendalam dan prediktif berbasis data
Machine Learning EngineerMengembangkan dan menyempurnakan model ML
AI EngineerMembangun sistem berbasis AI secara menyeluruh
NLP EngineerSpesialis dalam pemrosesan bahasa alami (seperti ChatGPT)
MLOps EngineerMengelola pipeline dan siklus hidup model AI di produksi

Memahami istilah ini penting agar kamu tidak melamar ke posisi yang tidak sesuai dengan minat dan kemampuanmu.

Kesimpulan

Ketiga peran—Data Scientist, ML Engineer, dan AI Engineer—bisa jadi pilihan karier selama kamu cocok dengan gaya dan tujuan masing-masing. Ada yang lebih suka analisis, ada yang tertarik dengan deployment & sistem, dan ada juga yang suka membangun solusi AI lengkap.

Kalau kamu masih bingung, coba eksplor kelima skill utama: statistik, ML, DevOps, deep learning, AI architecture. Mulai dari satu, kembangkan secara progresif sesuai minat.

Dengan potensi gaji tinggi, permintaan pasar yang besar, serta perkembangan teknologi AI yang intensif, ini adalah waktunya untuk menentukan mana karier yang paling sesuai untuk kamu!

Teknologi AI terus berkembang, dan kebutuhan akan talenta di bidang ini semakin tinggi. Dengan memahami peran Data Scientist, Machine Learning Engineer, dan AI Engineer, kamu bisa lebih siap mengambil peluang besar yang ada.

Tertarik dengan dunia AI? Jangan ragu untuk mulai dari sekarang. Siapa tahu, kamu bisa jadi bagian dari tim yang menciptakan ChatGPT generasi berikutnya!


Yuk, baca sekarang:
https://www.higosense.my.id/2025/03/kolaborasi-di-balik-model-ai-yang-sukses.html
https://www.higosense.my.id/2025/03/dampak-ai-bagi-front-end-dan-back-end.html
https://www.higosense.my.id/2025/03/tantangan-di-balik-kecerdasan-chatgpt.html

Comments

Popular posts from this blog

Mengintegrasikan Front-End dan Back-End dengan GraphQL

Bahasa Pemrograman yang Wajib Dipelajari di 2025 dan Manfaatnya untuk Karier Anda

Front-End Testing: Perkenalan dengan Jest dan React Testing Library